Teori klasik
Pandangan teori klasik mengenai
organisasi berdasarkan asumsi sebagai berikut :
1. Organisasi ada terutama untuk
menyelesaikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
2. Bagi suatu organisasi, ada struktur
yang tepat bagi tujuan, lingkungan, teknologi, dan partisipannya.
3. Pekerjaan organisasi paling efektif
bila ada tantangan lingkungan dan kepentingan pribadi terhalang oleh
norma-norma rasionalitas.
4. Spesialisasi akan meningkatkan taraf
keahlian dan performan individu.
5. Koordinasi dan kontrol paling baik
melalui praktik otoritas dan aturan-aturan yang tidak bersifat pribadi.
6. Struktur dapat dirancang secara
sistematis dan dapat dilaksanakan.
7. Masalah-masalah organisasi biasanya
merefleksikan struktur yang tidak tepat, dan dapat diselesaikan melalui
perancangan dan pengorganisasian kembali (Bolman,1998).
Ahli-ahli teori klasik
cenderung melihat organisasi sebagai sistem yang tertutup secara relatif, dalam
mengejar tujuan-tujuan yang telah dinyatakan. Dibawah kondisi tersebut
organisasi dapat bekerja secara rasional dengan tingkat kepastian dan kemampuan
memperkirakan.
Teori
Hubungan Manusia
Manusia
sebagai anggota organisasi adalah merupakan inti organisasi sosial. Manusia
terlibat dalam tingkah laku organisasi. Misalnya anggota organisasi yang
memutuskan apa peranan yang akan dilakukannya dan bagaimana melakukannya. Tanpa
manusia organisasi tidak akan ada. Oleh karena itu, faktor manusia dalam
organisasi haruslah mendapat perhatian dan tidak dapat diabaikan seperti halnya
dengan teori klasik.
Teori
hubungan manusia ini menekankan pada pentingnya individu dan hubungan sosial
dalam kehidupan organisasi. Teori ini menyarankan strategi peningkatan dan
penyempurnaan organisasi dengan meningkatkan kepuasan anggota organisasi dan
menciptakan organisasi yang dapat membantu individu mengembangkan potensinya.
Dengan meningkatkan kepuasan kerja dan mengarahkan aktualisasi diri pekerja,
akan mempertinggi motivasi bekerja sehingga akan dapat meningkatkan produksi
organisasi.
Teori
hubungan manusia ini diperkenalkan pada tahun 1930-an yang dipelopori oleh
Barnard 1938, Mayo 1933, Roethlisherger dan Dichson 1939. Inilah permulaan
teori hubungan manusia menolak prinsip teori struktural klasik dan menentang
pandangan yang mekanis terhadap organisasi yang tidak sensitif terhadap
kebutuhan sosial anggota organisasi.
Teori
Sistem Sosial
a. Organisasi
sebagai Suatu Sistem Sosial
Pendekatan sistem sosial terhadap
tingkah laku organisasi adalah suatu perspektif yang komprehensif,
multidimensional, dan deskriptif mengenai organisasi. Ahli-ahli teori sistem
mengemukakan bahwa semua kesatuan yang terorganisir memperlihatkan satu set
pola dan sifat yang sama. Teori sistem berkembang sebagai suatu alat untuk
menguraikan sifat-sifat dan pola-pola yang menjadikan organisasi terjadi.
Teori sistem memberikan suatu model
deskripsi yang sangat kuat mengenai proses organisasi. Teori ini mempunyai
banyak implikasi dan telah digunakan untuk mendeskripsikan fenomena organisasi
dalam konteksnya sendiri. Misalnya dalam ilmu sosial dan ekonomi Boulding
(Kreps, 1986) mendeskripsikan pengaruh bermacam-macam keadaan sosial dan
lingkungan kepada ekonomi dan struktur sosial.
b. Teori
Sistem Umum Organisasi
Teori sistem yang umum
mengatakan bahwa organisasi sebagai suatu set bagian-bagian yang kompleks yang
saling berhubungan dan berinteraksi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang selalu berubah agar dapat mencapai tujuannya. Beberapa komponen kunci yang
membangun organisasi adalah individu yang menjadi anggota organisasi, struktur
dan kelompok fungsional, teknologi dan perlengkapan organisasi. Semua bagian
sistem tergantung kepada bagian lainnya dalam aktivitas organisasi. Suatu
perubahan atau pengaruh pada suatu komponen akan mempengaruhi kepada komponen
sistem yang lainnya.
Komunikasi terjadi pada
bermacam-macam tingkat dari sistem, ada komunikasi dalam tiap bagian; ada
komunikasi di antara sistem dan lingkungannya. Komunikasi ini menjadikan
bagian-bagian yang berbeda dari sistem mengkoordinasi aktivitas mereka.
Misalnya, di dalam suatu perusahaan yang memproduksi barang, ada bagian
penjualan dan ada bagian produksi sebagai dua subunit organisasi yang saling
berhubungan. Kedua bagian ini harus mengkoordinasi usaha mereka. Jika bagian
penjualan menjanjikan 200 barang untuk langganannya dan bagian produksi hanya
membuat 100 barang, maka akan terjadi masalah dalam organisasi. Melalui
komunikasi di antara bagian, dua bagian yang saling berhubungan ini dapat
membagi informasi yang relevan dan mengkoordinasikan aktivitas mereka. Subunit
dari organisasi harus menjaga keseimbangan homeostatic
satu dengan yang lainnya untuk menjadikan penampilan mereka yang tepat
dengan fungsi organisasi.
Teori
Politik
Ahli-ahli
teori politik melihat kekuasaan (power), konflik dan distribusi dari
sumber-sumber yang langka sebagai pokok permasalahan pada organisasi. Dengan
kata-kata lain mereka memandang organisasi sebagai arena politik yang hidup,
yang berisi suatu variasi kompleks dari kepentingan individu dan kelompok.
Preposisi dari perspektif politik menurut Bolman (1988) adalah sebagai berikut
:
a.
Kebanyakan
dari keputusan-keputusan penting dalam organisasi mencakup alokasi
sumber-sumber yang langka.
b.
Organisasi
adalah komposisi gabungan dari sejumlah kepentingan individu dan kelompok.
c.
Kepentingan
individu dan kelompok berbeda-beda dalam nilai-nilai mereka, kesukaan,
kepercayaan, informasi dan persepsi mengenai realitas.
d.
Tujuan-tujuan
dan keputusan organisasi timbul dari proses perundingan, negosiasi dan merebut
posisi di antara individu dan kelompok.
e.
Karena
langkanya sumber-sumber dan adanya perbedaan yang abadi, kekuasaan dan konflik
merupakan pusat kehidupan organisasi.
Teori
Simbolis
Perspektif teori simbolis
didasarkan pada satu seri asumsi mengenai hakikat organisasi dan tingkah laku
manusia.
a.
Apa
yang paling penting mengenai suatu kejadian adalah bukan apa yang terjadi
tetapi arti dari apa yang terjadi.
b.
Arti
dari suatu kejadian tidak ditentukan secara sederhana dari apa yang terjadi
tetapi cara-cara manusia menginterpretasikan apa yang terjadi.
c.
Banyak
kejadian-kejadian dan proses yang paling penting dalam organisasi pada dasarnya
meragukan dan tidak pasti. Seringkali sulit atau tidak mungkin untuk mengetahui
apa yang terjadi, bagaimana hal itu terjadi atau apa yang terjadi berikutnya.
d.
Keragu-raguan
dan ketidakpastian meruntuhkan pendekatan rasional menganalisis, memecahkan
masalah, dan membuat keputusan.
e.
Bila
menghadapi ketidakpastian dan keragu-raguan, manusia menciptakan simbol-simbol
untuk mengurangi keragu-raguan, menghilangkan kebingungan, menambah untuk dapat
memprediksi dan untuk memberi arah.